Senin, 03 November 2014

EUROPE MAP

http://www.martinsaphug.com/wp-content/uploads/2010/07/Modern-Europe-Political-Map.png

amerika

https://www.welt-atlas.de/datenbank/karten/en/karte-0-9031-en.gif

australia



 http://mapsof.net/uploads/static-maps/detailed_map_of_australia.jpg

Jalur sutera 2



Jalur Sutera

Jalur Sutra adalah nama yang diberikan seorang Jerman bernama von Richthofen pada Abad-18M, untuk jalur darat yang menghubungkan Cina dengan Eropa. Sekalipun baru dibuka resmi pada Abad-3SM, di masa Dinasti Han yang mulai mengirim utusan ke berbagai negara Asia Selatan dan Timur Tengah, namun Jalur Sutra sudah ada jauh sebelumnya. Jalur Sutra terdiri dari banyak jalur yang bercabang-cabang, dan digunakan untuk perdagangan berbagai komoditi selain sutra seperti gading, tanaman, emas. Secara garis besar terdapat tiga jalur, di utara, tengah dan selatan.
Jalur Utara menghubungkan Cina dengan Eropa hingga Laut Mati, melalui Urumqi dan Lembah Fergana. Jalur Tengah menghubungkan Cina dengan Eropa hingga tepian Laut Meditrrannia, melalui Dun-huang, Kocha, Kashgar, menuju Persia. Jalur Selatan menghubungkan Cina dengan Afghanistan, Iran dan India, melalui Dun-huang dan Khotan menuju Bachtra dan Kashmir. Di Cina, Jalur Sutra berujung di Changan atau Xian, ibukota kerajaan, ke arah barat melewati koridor Gansu, menuju Dun-huang di sisi Gurun Taklimakan. Jalur utara mulai dari Dun-huang dan Yu-men Guan, menyeberangi Gurun Gobi menuju Hami (Kumul), lalu menyisir kaki Tian-shan di bagian utara Taklimakan. Setelah oasis Turfan, menuju Urumqi dan Lembah Fergana untuk masuk Eropa hingga Laut Mati. Jalur ini bercabang di Turfan, ke oasis Kucha, menuju Kashgar di kaki Pamirs.

Jalur selatan mulai Dun-huang, melewati Yang Guan, menyusuri sisi selatan Taklimakan, melalui Miran, Hetian (Khotan) dan Shache (Yarkand), menuju utara lalu menuju Kashgar. Masih ada beberapa cabang jalur, salah satunya bercabang dari jalur selatan menuju sisi timur Gurun Taklimakan ke kota Loulan, lalu bergabung dengan jalur utara di Korla. Dari Kashgar yang simpang lalulintas Asia, ada jalur menyeberangi Pamirs menuju Samarkand dan menuju selatan ke Laut Kaspia; atau jalur ke selatan melewati Karakorum menuju India; dan sebuah jalur lain menuju Kuqa, menyeberangi Tian-shan, menuju Laut Kaspia melalui Tashkent

Asal-usul Sutra dan Perkembangan Sutra di Cina
Legenda Cina memberi gelar Dewi Sutra kepada Putri Hsi-Ling-Shih, istri Kaisar Kuning yang mistis, yang disebut memerintah Cina sekitar tahun 3000SM. Putri Hsi-Ling-Shih dianggap berjasa memperkenalkan ulat sutra dan cara pengembakbiakannya. Pada tahun 1927 ditemukan kepompong ulat sutra dari masa 2600-2300SM di bantaran Sungai Huangho, Propinsi Shanxi, Cina sebelah utara. Di Qianshanyang, Propinsi Zhejiang ditemukan pita, serat sutra, dan perca, dari masa sekitar tahun 2000SM. Di bagian hilir Sungai Yang-tze bahkan ditemukan sebuah cangkir kecil dari gading bermotif-hias ulat sutra, alat tenun, serat sutra dan perca dari masa antara 6000-7000SM.

Pada awalnya sutra hanya boleh digunakan di kalangan istana (raja, kerabat dekat, pejabat tinggi). Di dalam istana, kaisar mengenakan jubah sutra putih, di luar istana kaisar dan permaisurinya mengenakan jubah sutra kuning. Pada Abad-5SM, paling tidak terdapat enam propinsi Cina penghasil sutra. Setiap musim semi, Permaisuri memimpin langsung upacara pembuatan sutra. Kerahasiaan teknik dan proses pembuatan sutra dijaga ketat oleh kerajaan. Barangsiapa membuka rahasia, atau menyelundupkan telur atau kepompong sutra ke luar Cina, akan dihukum mati. Secara bertahap produksi kain sutra menjadi industri dan elemen penting ekonomi Cina, sutra digunakan sebagai instrumen musik, tali pancing, tali busur panah, tali pengikat, dan kertas tulis. Akhirnya orang kebanyakanpun boleh mengenakan pakaian sutra. Pada masa Dinasti Han [206SM-220M] sutra tidak lagi sekedar produk industri atau barang dagangan. Petani membayar pajak dengan beras dan sutra, pegawai menerima gaji dan hadiah sutra.

Perdagangan Sutra
Sutra menjadi komoditi perdagangan internasional Cina yang sangat berharga antara. Perdagangan sutra telah terjadi jauh sebelum Jalur Sutra dibuka resmi pada Abad-3SM. Di desa Deir el Medina dekat Thebes, Lembah Raja-raja, Mesir, situs makam para pekerja raja Mesir, ditemukan mummi seorang wanita berusia antara 30-50 tahun. Mummi tersebut mengenakan sutra. Berdasarkan data anthropologis, metode mummifikasi, keadaan makam dan ‘amino-acid racemization’, mummi tersebut dinyatakan berasal dari sekitar tahun 1070, masa Dinasti Ke-21! [G.Lubec, J. Holaubek, C. Feldl, B. Lubec, E. Strouhal. NATURE, March 4, 1993]. Sebelum temuan ini, tercatat bahwa sutra digunakan di Mesir pada masa Dinasti Ptolomeik (sekitar Abad-3), termasuk Cleopatra.

Pada Abad-4SM, orang-orang Yunani dan Roma mulai berbicara tentang Seres, Kerajaan Sutra. Beberapa sejarawan menceritakan bahwa pasukan Marcus Licinius Crassus, Gubernur Siria, adalah orang Romawi pertama yang matanya silau (dalam arti sebenarnya) karena sutra. Dalam pertempuran Carrhae dekat Sungai Efrat, tahun 53SM, para serdadu Romawi panik karena mata mereka silau oleh kilauan sutra rompi pelindung serdadu Partian. Dalam waktu satu dasawarsa sutra Cina menjadi pakaian eksklusif elit Roma (seluruh pakaian Kaisar Heliogabalus [218-222] terbuat dari sutra), tapi segera meluas ke berbagai lapisan masyarakat, bahkan yang terendah, seperti dicatat Marcellinus Ammianus, tahun 380. Permintaan sutra semakin meningkat, sehingga harga sutra di Roma sangat tinggi (sepotong sutra dari jenis terbaik berharga 300 denarii, senilai gaji setahun prajurit Romawi). Banyak sumber menyatakan bahwa permintaan tinggi sutra impor telah merusak sendi-sendi ekonomi Romawi.

Pada Abad-2SM, duta Kaisar Wu-Ti dari Dinasti Han mengunjungi Persia dan Mesopotamia, membawa berbagai hadiah, termasuk sutra. Kejayaan sutra dan Jalur Sutra berlanjut di masa Dinasti Tang [618-907], seperti terbukti dari banyak penemuan arkeologis (penemuan Aurel Stein tahun 1907 adalah salah satu yang paling dramatis). Stein menemukan lebih dari 10,000 naskah, berbagai lukisan, kain dan panji sutra di sebuah ruangan di Gua Seribu Buddha, dekat Dunhuang, sebuah tempat perhentian di sebelah baratlaut Gansu. Artefak itu adalah barang yang disembunyikan para biarawan Buddhis karena adanya sinyal serangan suku Tangut dari Tibet, sekitar tahun 1015.

Perdagangan Jalur Sutra
Selama satu milenium berikutnya, produk gelas Jahudi dan kain linen menjadi barang dagang utama yang dipertukarkan dengan sutra dan rempah dari Cina dan India. Kayumanis (cinnamon), cassia (kulit kayu bahan pembuat kayumanis), jade, kamper, dan produk Cina lainnya memiliki pasar yang bagus di Barat. Rujukan terawal dalam naskah tentang produk dari Asia Timur (cinnamon dan cassia), terdapat di Kel30:23: Musa diperintahkan untuk mengambil "rempah-rempah pilihan, mur tetesan limaratus syikal, dan kayu teja (kayumanis) yang harum (kinamon besem) setengah dari itu". Dalam Kel.30:24 disebutkan bahwa Musa diperintahkan untuk mengambil "kayu teja (kayumanis, cassia, kiddah) lima ratus syikal".

Dalam naskah Mishnah, seorang tokoh halakah Rabbi Chiyya bar Abba disebut sebagai salah seorang peniaga Timur-Dekat, yang memperdagangkan tiga barang dagangan utama di sepanjang jalur ke Cina, yaitu: barang-barang dari kaca, rami halus, dan linen.Herodotus (485-425SM) menyatakan bahwa kata Yunani kinnamomon berasal dari Kanaan (3.111). Begitu pula kata yang digunakan dalam Kitab Keluaran untuk cassia, kiddah, muncul dalam bahasa Yunani menjadi Kitto. Kata lain dalam Alkitab kes’iah (Maz45.9), menjadi kata Yunani Kasia. Transkripsi kata Aram ke bahasa Yunani menunjukkan bahwa para pedaganglah yang pertama kali membawa rempah tersebut dari abad-5SM dari Asia Timur ke Kawasan Mediterranean sebagai barang dagangan. Sebuah manuskrip Latin abad-4, Descriptus Orbis, menyebutkan Beth Shean sebagai sebuah kota pemasok kain bagi seluruh dunia. Keunggulan tekstil dan pakaian yang diproduksi kalangan Jahudi Beth Shean juga diakui oleh Kaisar Romawi Diocletian.

Aru Palaka


Arung Palakka

Arung Palakka dan Riwayat Persekutuan 236 tahun
Lukisan Wajah Arung Palakka
Tulisan ini tak hendak ikut-ikutan memberi cap “pengkhianat” bagi bangsa Indonesia kepada sosok yang dikenal tak punya rasa takut ini “La Tenri Tatta”, sesuatu yang sejatinya tak layak disematkan mengingat nama Indonesia sendiri belum lahir saat Arung Palakka hidup. Meski Hasanuddin, seteru nya dilabeli gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia, tak serta merta kemudian menempatkan Arung Palakka di kutub berbeda.
Anak Asuhan Karaeng Pattingalloang
Bone adalah sebuah nama besar. Sejak abad 14M, nama Bone sudah digaungkan dengan berbagai macam panji kebesaran. Adalah Matasilompoé [Manurungngé ri Matajang] (1392-1424) yang tercatat dalam tarikh sebagai yang mula-mula menegakkan kerajaan di pesisir timur semenanjung Sulawesi Selatan ini. Kerajaan yang berada di bibir teluk Bone ini mulai melenggang dalam panggung sejarah Indonesia sejak abad 17 hingga di abad modern kini.
Bone, menyeruak dalam kronik penulisan sejarah nasional Indonesia sejatinya bermula pada posisi yang kurang simpatik. Ketika pertamakali menyebut nama Bone, maka ingatan sejarah kita akan memunculkan sosok Arung Palakka, Raja Bone ke-16 yang bernama lengkap Arung Palakka La Tenritatta To Ureng To-ri SompaE Petta MalampeE Gemme’na Daeng Serang To’ Appatunru Paduka Sultan Sa’adduddin Matinroe ri Bontoala (1672-1696) – sosok penting yang menjadi penyebab jatuhnya kerajaan Gowa Tallo tahun 1669. Juga tak bisa disangkal bahwa dia dan balatentara To Angke nya turut andil di bawah arahan VOC menumpas pemberontakan Minangkabau 1666 dan Trunojoyo Madura 1679.
Arung Palakka, sosok kontroversial ini berada di kutub berseberangan dengan Sultan Hasanuddin, Sultan Gowa yang sezaman dengannya dan kemudian ditahbiskan sebagai Pahlawan Nasional. Karena pilihan politiknya saat itu, dengan tetap menghormati latar belakang sosio-historisnya, Arung Palakka kelak kemudian lebih sering dimasukkan dalam deretan sosok antagonis dalam laku sejarah, berada dalam barisan yang sama dengan Sultan Haji (Banten), Amangkurat II (Mataram), hingga Sultan Hamid II (Pontianak). Namun terlepas dari segala kontroversinya, sosok Arung Palakka nyatanya hingga kini menjadi simbol kehormatan dan perlawanan rakyat Bone terhadap kekuasaan asing (Gowa-Tallo).
Tulisan ini tak hendak ikut-ikutan memberi cap “pengkhianat” bagi bangsa Indonesia kepada sosok yang dikenal tak punya rasa takut ini “La Tenri Tatta”, sesuatu yang sejatinya tak layak disematkan mengingat nama Indonesia sendiri belum lahir saat Arung Palakka hidup. Meski Hasanuddin, seteru nya dilabeli gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia, tak serta merta kemudian menempatkan Arung Palakka di kutub berbeda. Buku Sejarah mesti bijak dan netral menempatkan sosok ini, kalau tak hendak menyesatkan generasi masa depan dengan labelisasi yang menyesatkan. Bagi Bone, Arung Palakka adalah pahlawan. Bagi Gowa Tallo (bukan Indonesia), memang Arung Palakka adalah sosok penentang yang telah mempermalukan Gowa Tallo hingga beratus tahun kemudian. Bagi kita, Arung Palakka layak dijadikan salah satu bahan “pembacaan” bijak mengenai sejarah bangsa bugis mempertahankan kehormatannya.
Arung Palakka sendiri sejatinya sejak berumur 11tahun sudah diasuh dalam lingkungan istana Gowa-Tallo. Adalah Karaeng Pattingalloang, tumabbicara butta (mahapatih) yang turun langsung mengasuh pangeran Bone ini. Bersama puluhan bangsawan Bone, kala itu Arung Palakka berada dalam pengawasan Gowa Tallo sebagai duta/tawanan kerajaan Bone yang baru saja takluk. Arumpone saat itu, La Maddaremmeng (memerintah 1625-1640) dihukum oleh Gowa-Tallo atas desakan bangsawan Bone termasuk ibundanya sendiri Datu Pattiro We Tenrisoloreng, juga karena kerajaan Wajo dan Soppeng merasa terganggu dengan kebijakan politis-ekspansif La Maddaremmeng di wilayah Bone, Wajo dan Soppeng. La Maddaremmeng sendiri dipercaya mendesakkan keyakinannya untuk menghapuskan perbudakan, dan penerapan syariat Islam yang ketat dengan pelarangan sabung ayam, judi dan minum tuak; sebuah kebijakan yang saat itu tidak popular dan mengancam kedudukan para bangsawan. Dalam sebuah serangan kolosal, psaukan Gowa-Tallo yang dipimpin langsung Patih Karaeng Pattingalloang berhasil membekuk Bone dan menawan La Maddaremmeng bersama beberapa pengikutnya, termasuk bocah Arung Palakka dan keluarganya.
Lukisan rekaan Karaeng Patingalloang
Tentang Karaeng Pattingalloang, bapak asuh Arung Palakka ini terkenal sebagai sosok cerdas penyuka sains yang menjadi sentra kebijakan Gowa-Tallo yang cemerlang. Di masa mahapatih yang menguasai setidaknya tujuh bahasa asing ini, Gowa-Tallo tumbuh menjadi negara maritim yang kuat dan sangat disegani di kawasan Indonesia bagian timur. Tak kurang dari Sulu, Sumbawa, Timor, Bima, Aru, Banda, Borneo merasakan pengaruhnya. Semenjak kejatuhan Melaka tahun 1511 oleh Protugis, para saudagar beralih ke pelabuhan Makassar yang kebetulan memang berada di lintas strategis pelayaran dari dan ke Maluku, kepulauan penghasil rempah yang pesonanya tercium ke seantero dunia hingga bangsa Eropa membangkitkan visi imperialismenya.
Bangsa-bangsa asing banyak berdatangan ke Makassar untuk berniaga, termasuk pedagang Melayu, Inggris, Spanyol, Arab dan Belanda. Pada suatu ketika, pedagang Belanda berbuat keonaran di pelabuhan Makassar dan karenanya mereka diusir dan tak diperkenankan lagi berdagang di Makassar setelah kejadian itu. Sejak itu, dendam mulai dipelihara oleh pedagang Belanda dan menjadi musabab awal diincarnya Gowa-Tallo untuk dikuasai VOC kemudian. Di masa itu, Arung Palakka tumbuh menjadi pangeran cerdas yang mengikuti seksama kebijakan-kebijakan Karaeng Pattingalloang, yang kebetulan juga sangat menghargai kecerdasan Karaeng Serang, nama remaja Arung Palakka.
Tahun 1654, Karaeng Pattingalloang mangkat dan digantikan putranya yang rupanya kurang mewarisi kebijaksanaan ayahnya, Karaeng Karunrung. Karaeng muda ini terkenal sangat temperamental dan lebih menyukai aktifitas militer yang ekspansif. Untuk memperkuat kerajaan Gowa-Tallo, dia memerintahkan pembangunan kanal raksasa di sekitar benteng-benteng yang dimiliki kerajaan. Para tawanan kerajaan dikerahkan dalam pembangunan ini, tidak terkecuali bangsawan-bangsawan Bone termasuk Arung Palakka. Dengan kerja paksa yang melelahkan dan merendahkan martabat mereka, Arung Palakka kemudian berpikir untuk mengumpulkan bangsawan-bangsawan Bone yang jadi pengikutnya untuk melarikan diri dari Makassar. Bersama 4000 pengikutnya, ia menghindari kejaran pasukan Gowa Tallo menuju Buton, kemudian pada akhirnya berlabuh di Batavia tahun 1664 yang disambut oleh sahabatnya Corneelis J Speelman yang saat itu baru saja dipecat dari posisi Gubernur Jendral VOC di Coromandel, Srilanka.
Triumvirat Speelman-Arung Palakka-Jonker
Cornelis J Speelman (1628-1684)
Batavia tahun 1665 menjadi tempat pertemuan tiga pemuda yang masing-masing memiliki ambisi individual menegakkan kehormatannya. Laksamana Cornelis Janszoon Speelman (36tahun) adalah petinggi VOC Coromandel yang dipecat karena perdagangan gelap, Arung Palakka (30tahun) adalah pangeran Bone yang kabur dari kerajaan Gowa-Tallo, Kapitan Jonker (40an tahun) adalah raja muda muslim Tahalele asal Maluku yang terusir dari kampungnya. Ketiganya kemudian diam-diam membentuk sebuah triumvirate yang bergerak di bawah panji perusahaan dagang Hindia Timur milik Belanda VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie).
Di tangan triumvirate ini, kekuatan militer menjadi wajah yang lazim digunakan VOC dalam mengamankan kepentingannya. Riwayat kekerasan di balik politik dagang monopolistic konon bermuasal dari persekutuan ini. Berbagai ekspedisi militer dikerahkan di berbagai wilayah kekuasaan VOC, sebutlah misalnya ketika Arung Palakka dan pasukannya dikerahkan dalam ekspedisi Verspreet yang berhasil menumpas perlawanan rakyat Minangkabau dan seluruh pantai barat Sumatera. Ekspedisi militer ini juga berhasil memutus hubungan Minangkabau dengan Aceh, sekaligus berhasil menguasai sumber tambang emas Salido yang terkenal. Oleh Arung Palakka bersama Speelman, kekuasaan VOC diperluas hingga Ulakan di Pariaman yang kemudian mengangkat Arung Palakka diangkat sebagai Raja Ulakan. Kisah seputar riuh penguasaan tambang emas Salido ini kemudian diangkat menjadi latar novel fiksi-sejarah bertajuk Rahasia Meede – Misteri Harta Karun VOC (Penerbit Hikmah, 2007) yang ditulis oleh ES Ito.
Ekpedisi militer lainnya yang melibatkan triumvirate ini juga berlangsung di beberapa daerah, terutama yang terkenal adalah penaklukan Gowa-Tallo dalam Perang Makassar (1667-1669) dan penumpasan pemberontakan Trunojoyo di Jawa Timur (1679). Tercatat juga mereka turun dalam medan perang di Palembang dan Jambi (1681), serta Perang Banten saat memadamkan perlawanan Sultan Abu’lFatah   (1682-1683).
Pencapaian paling penting Arung Palakka bersama dua kompatriotnya ini tak lain adalah takluknya Gowa-Tallo dalam Perang Makassar (1667-1669) dan Bone kembali berdaulat setelah sekian lama menjadi kerajaan bawahan. Tak hanya itu saja, keberhasilan ini menguatkan dominasi dan hegemoni kekuatan Bone, dan Arung Palakka secara individual atas seluruh semenanjung Sulawesi bagian selatan, dari Selayar di selatan, hingga Mandar dan Toraja serta Luwu di utara. Sebaliknya, kekalahan Gowa-Tallo meninggalkan luka sejarah yang mengoyak hubungan kedua bangsa ini hingga beratus-ratus tahun kemudian.
Makam Kapitan Jonker di Pejonkeran, Marunda
Persekutuan tiga serangkai Speelman-Arung Palakka-Jonker ini nyatanya juga meninggalkan jejak di buku-buku sejarah, syair-syair Makassar, sinrilik dan cerita-cerita lokal Bugis Makassar. Bahkan riwayat persekutuan ini terabadikan pada sebuah nama tempat di utara Jakarta. Konon, pasukan Arung Palakka menamakan dirinya sebagai To Angke’ (Bahasa Bugis: Orang Yang Memiliki Kehormatan), sebagai bentuk simbolis gerakan pemberontakan mereka untuk mengembalikan kehormatan Bone dari kuasa kuasa Gowa-Tallo. Hingga kini, tanah perdikan yang dihibahkan kepada Pasukan Bone di mulut teluk Jakarta itu dinamakan Muara Angke, tempat menetapnya orang-orang Bugis Bone yang menamakan dirinya orang Angke’. Hingga kini, kawasan itu banyak didiami oleh orang-orang Bugis perantauan. Kapitan Jonker sendiri mendapat tanah luas di Marunda, yang kelak tanah itu di kenal sebagai daerah Pejonkeran.

Persekutuan 236 tahun
Telatennya Arung Palakka merawat hubungan saling menguntungkan antara dirinya dan Speelman kala itu menjejakkan sebuah kesepahaman untuk saling menjaga kedaulatan bahkan hingga keduanya terubujur mati di dalam tanah. Kedudukan VOC terkuatkan dengan dukungan balatentara dari Bone, dan sebagai imbalannya VOC mendukung penuh kedaulatan Bone atas wilayah dan pengaruhnya dari gangguan kerajaan-kerajaan lainnya. Bahkan Arung Palakka kemudian memperlebar dominasi geo-politis individualnya tidak hanya seluas wilayah Bone yang dia warisi, tapi juga berhasrat mempersatukan Sulawesi Selatan dalam rengkuhan singgasananya, termasuk Toraja dan Luwu di utara, yang sejak dulu jauh dari hiruk pikuk kekuasaan politik di selatan.
Sejatinya, dominasi Bone di Sulawesi Selatan pada abad 17 dan 18M menimbulkan sederet luka pada kerajaan-kerajaan sekitarnya. Meski terikat dalam perjanjian kuno Tellumpoccoe antara tiga kerajaan Bone, Soppeng dan Wajo, namun tak ayal hegemoni Bone yang berlimpah semenjak Perang Makassar menyebabkan kedudukan kerajaan lainnya jatuh ke posisi paria, terutama Wajo dan Mandar. Saat Perang Makassar sendiri, Wajo dam Mandar cenderung memihak ke Gowa-Tallo. Banyak kronik kerajaan-kerajaan itu menyebutkan banyak bangsawan dan rakyat Wajo, juga Mandar dan Toraja diperdagangkan sebagai budak oleh Bone. Saat itu, perdagangan budak memang sempat menjadi komoditas yang sangat menguntungkan. Belum lagi soal beban pajak yang berat dikenakan kepada Wajo yang dianggap kalah perang. Hal yang sama berlaku untuk rakyat Mandar dan Toraja yang juga mengalami kekerasan serupa. Dalam banyak cerita rakyat disebutkan bahwa orang Bone berhak menampar wajah orang Wajo kalau menolak menyeberangkan mereka ke seberang Danau Tempe. Juga bagaimana pemeo yang tertanam di kepala orang Toraja melalui cerita-cerita rakyat bahwa Bone adalah pembawa petaka bagi negerinya. Konflik elite itu sesungguhnya kemudian sangat membekas di kalangan rakyat bawah yang paling merasakan dampak langsung pergumulan politis kerajaan-kerajaan itu.
Akhir hidup tokoh-tokoh persekutuan ini berakhir tragis, kecuali Arung Palakka. Speelman wafat di Batavia pada 11 Januari 1684, meninggalkan banyak kasus korupsi dan penyelewengan kekuasaan setelah dipecat dari posisi Gubernur Jendral VOC. Akhir hidup Kapitan Jonker mengenaskan. Setelah pelindung utamanya, Speelman wafat, ia sendiri kemudian dikejar-kejar pasukan VOC. Rumahnya di Marunda dikepung tahun 1689, dan Jonker yang bernama asli JonckerJouwa de Manipa terbunuh dalam peristiwa itu. Arung Palakka mangkat pada usia 61 tahun di Bontoala, tahun 1696. Ia dimakamkan di wilayah kekuasaan Gowa-Tallo yang diperanginya 30 tahun sebelumnya. Ia meninggal karena penyakit hidung yang menghinggapinya sejak berenang menyeberangi selat Madura di tahun 1679. Tak ada anak kandung yang didapatnya dari tiga pernikahan dengan bangsawan Bugis. Penggantinya, La Patau yang memerintah dari tahun 1696-1714 adalah keponakannya yang diangkat sebagai putra mahkota.
Buah dari hubungan mesra antara Arung Palakka dan Speelman berdampak hingga hingga dua abad setelah keduanya meninggal. Kerajaan Bone menjadi satu-satunya wilayah di Sulawesi Selatan, pun mungkin di seantero kepulauan Indonesia, yang masih bebas merdeka tanpa perlu membayar pajak dan upeti sebagai tanda takluk kepada pemerintah penjajah Belanda selama masa 236 tahun (1669 – 1905). Inilah hak khusus Bone yang mungkin tak dimiliki oleh kerajaan lainnya, dan diperbaharui setiap kali pergantian Gubernur Jendral hingga berakhir pada pecahnya Perang Bone tahun 1905. Perang yang berlangsung selama lima bulan di masa pemerintahan Arumpone LaPawawoi Karaeng Sigeri Matinroe ri Jakarta ini kemudian menamatkan riwayat persekutuan sejati Bone-Belanda sepanjang nyaris 30 windu ini.
Wali Pitue Bugis (sumber la galigo net)
Arung Palakka, sosok kontroversial yang berada di antara dua sisi sejarah ini memang semacam perekat tiga generasi. Dengan persekutuan yang dirintis melalui Speelman, ia bisa menjaga kedaulatan Bone hingga awal abad ke-20. Yang lebih hebat lagi adalah bahwa Arung Palakka yang sejatinya tak pernah terbersit kronik persentuhannya dengan agama Islam, kelak ditahbiskan sebagai salah satu Wali Pitue tanah Bugis. Mungkin meminjam “mitos” yang mirip dengan Wali Songo, dimasukkannya Arung Palakka sebagai salah satu tokoh wali sufi kemudian mengekalkan ketokohannya, sekaligus mencoba membersihkan tangannya yang penuh lumuran darah kekerasan bahkan saudara seperjuangannya Arung Bakke yang tewas dipenggalnya di Mandar. Di luar segala kontroversinya, Arung Palakka wajar dikagumi sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh luas dan teramat panjang di lintas masa peradaban Bugis dan Indonesia.

sumber:/legendanusantara.wordpress.com


Nama Nusantara berasal dari dua kata bahasa Sanskerta, yaitu nusa yang berarti “pulau” dan antara yang berarti “luar”. Nusantara digunakan untuk menyebut pulau-pulau di luar Majapahit (Jawa). Perkataan Nusantara kita dapatkan dari Sumpah Palapa Patih Gajah Mada yang diucapkan dalam upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit (tahun 1258 Saka/1336 M) yang tertulis di dalam Kitab Pararaton (Raja-raja):
Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada, “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.
(Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.)
  • Gurun = Nusa Penida
  • Seran = Seram
  • Tañjung Pura = Kerajaan Tanjungpura, Ketapang, Kalimantan Barat
  • Haru = Sumatra Utara (ada kemungkinan merujuk kepada Karo)
  • Pahang = Pahang di Semenanjung Melayu
  • Dompo = Dompu, sebuah daerah/kabupaten di pulau Sumbawa
  • Bali = Bali
  • Sunda = Kerajaan Sunda
  • Palembang = Palembang atau Kerajaan Sriwijaya
  • Tumasik = Singapura
Dapat dikatakan penamaan nusantara ini adalah berdasarkan sudut pandang Majapahit (Jawa), mengingat pada waktu itu belum ada sebutan yang pasti untuk menyebut seluruh kepulauan yang sekarang bernama Indonesia dan juga Malaysia). Sebutan Nusantara pernah coba dihidupkan oleh Ki Hajar Dewantara untuk mengggantikan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie), namun setelah disetujuinya penggunaan sebutan Indonesia oleh Kongres Pemuda Indonesia (dalam Sumpah Pemuda) tahun 1928, sebutan Nusantara digunakan sebagai sinonim untuk menyebut kepulauan Indonesia.
Nama Indonesia berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu indo/indu yang berarti Hindu/Hindia dan nesia/nesos yang berarti pulau.
Sejarah dan Journal of Arti Nama Indonesia (diringkas dari Wikipedia)
Orang yang pertama kali memperkenalkan nama Indonesia adalah orang Inggris bernama George Samuel Windsor Earl dalam tulisannya yang berjudul “On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations” pada tahun 1850 di the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), terbitan Singapura.
Dalam tulisan tersebut Earl mengusulkan dua alternatif nama untuk menggantikan sebutan Hindia (Indie/India), yaitu Malayunesia dan Indunesia. Earl sendiri lebih menyukai menggunakan sebutan Malayunesia mengingat bahasa pergaulan (lingua franca) di kepulauan ini adalah bahasa Melayu. Selanjutnya Richardson Logan mengambil nama Indonesia dari Earl dan untuk alasan kenyamanan pelafalan, ia mengganti huruf u menjadi o. Untuk pertama kalinya nama Indonesia muncul di dunia internasional melalui tulisan Logan di JIAEA (1850) yang berjudul “The Ethnology of the Indian Archipelago”.
Tahun 1884 Adolf Bastian dari Universitas Berlin menerbitkan buku sebanyak lima volume dengan judul Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel (Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu). Buku inilah yang membuat nama Indonesia menjadi popular di kalangan cendekiawan Belanda, sehingga membuat sebagian kalangan salah mengira bahwa nama Indonesia diciptakan oleh Bastian, padahal ia mengambil istilah tersebut dari tulisan-tulisan Logan. Pada akhirnya istilah Indonesia tersebut sampai ke tangan orang-orang Indonesia pada awal abad ke-20 dan menjadi indentitas bagi sebuah bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan Belanda.

ASEAN



ASIA TENGGARA



Senin, 27 Oktober 2014

Gambar bendera negara-negara di seluruh dunia


Berikut ini adalah thumbnail gambar-gambar bendera negara di seluruh dunia.Bendera Irlandia
Flag AfghanistanBendera AfghanistanFlag AlbaniaBendera Albania Flag Amerikanisch SamoaBendera Amerikanisch Samoa
Flag AndorraBendera Andorra
Flag Antigua and BarbudaBendera Antigua and Barbuda
Flag ArgentinaBendera Argentina
Flag ArubaBendera Aruba
Flag AzerbaijanBendera Azerbaijan
Flag BahamasBendera Bahamas
Flag BahrainBendera Bahrain
Flag BarbadosBendera Barbados
Flag BelgiumBendera Belgium
Flag BelizeBendera Belize
Flag BeninBendera Benin
Flag BhutanBendera Bhutan
Flag BoliviaBendera Bolivia
Flag Bosnia and HerzegovinaBendera Bosnia and Herzegovina
Flag BotswanaBendera Botswana
Flag BrazilBendera Brazil
Flag Brunei DarussalamBendera Brunei Darussalam
Flag BulgariaBendera Bulgaria
Flag Burkina FasoBendera Burkina Faso
Flag BurmaBendera Burma
Flag BurundiBendera Burundi
Flag CambodiaBendera Cambodia
Flag CameroonBendera Cameroon
Flag CanadaBendera Canada
Flag Cape VerdeBendera Cape Verde
Flag ChadBendera Chad
Flag ChileBendera Chile
Flag ChinaBendera China
Flag ColombiaBendera Colombia
Flag ComorosBendera Comoros
Flag Congo (Rep.)Bendera Congo (Rep.)
Flag Costa RicaBendera Costa Rica
Flag CroatiaBendera Croatia
Flag CubaBendera Cuba
Flag Czech RepublicBendera Czech Republic
Flag DjiboutiBendera Djibouti
Flag DominicaBendera Dominica
Flag Dominican RepublicBendera Dominican Republic
Flag EcuadorBendera Ecuador
Flag EgyptBendera Egypt
Flag El SalvadorBendera El Salvador
Flag EritreaBendera Eritrea
Flag EstoniaBendera Estonia
Flag EthiopiaBendera Ethiopia
Flag FijiBendera Fiji
Flag FinlandBendera Finland
Flag FranceBendera France
Flag GabonBendera Gabon
Flag GambiaBendera Gambia
Flag GermanyBendera Germany
Flag GhanaBendera Ghana
Flag GreeceBendera Greece
Flag GrenadaBendera Grenada
Flag GuatemalaBendera Guatemala
Flag GuineaBendera Guinea
Flag Guinea-BissauBendera Guinea-Bissau
Flag GuyanaBendera Guyana
Flag HaitiBendera Haiti
Flag HondurasBendera Honduras
Flag HungaryBendera Hungary
Flag IcelandBendera Iceland
Flag IndiaBendera India
Flag IndonesiaBendera Indonesia
Flag IranBendera Iran
Flag IrelandBendera Ireland
Flag IsraelBendera Israel
Flag ItalyBendera Italy
Flag JamaicaBendera Jamaica
Flag JapanBendera Japan
Flag JordanBendera Jordan
Flag KazakhstanBendera Kazakhstan
Flag KenyaBendera Kenya
Flag KirgistanBendera Kirgistan
Flag KiribatiBendera Kiribati
Flag KosovoBendera Kosovo
Flag KuwaitBendera Kuwait
Flag LaosBendera Laos
Flag LatviaBendera Latvia Flag LebanonBendera Lebanon
Flag LesothoBendera Lesotho
Flag LiberiaBendera Liberia
Flag LibyaBendera Libya
Flag LiechtensteinBendera Liechtenstein
Flag LithuaniaBendera Lithuania
Flag LuxembourgBendera Luxembourg
Flag MacedoniaBendera Macedonia
Flag MadagascarBendera Madagascar
Flag MalawiBendera Malawi
Flag MalaysiaBendera Malaysia
Flag MaldivesBendera Maldives
Flag MaliBendera Mali
Flag MaltaBendera Malta
Flag Marshall IslandsBendera Marshall Islands
Flag MauritaniaBendera Mauritania
Flag MauritiusBendera Mauritius
Flag MexicoBendera Mexico
Flag MicronesiaBendera Micronesia
Flag MoldovaBendera Moldova
Flag MonacoBendera Monaco
Flag MongoliaBendera Mongolia
Flag MontenegroBendera Montenegro
Flag MoroccoBendera Morocco
Flag MozambiqueBendera Mozambique
Flag NamibiaBendera Namibia
Flag NauruBendera Nauru
Flag NepalBendera Nepal
Flag NetherlandsBendera Netherlands
Flag New ZealandBendera New Zealand
Flag NicaraguaBendera Nicaragua
Flag North KoreaBendera North Korea
Flag QatarBendera Qatar
Flag RwandaBendera Rwanda
Flag Saint Kitts und NevisBendera Saint Kitts und Nevis
Flag Saint LuciaBendera Saint Lucia
Flag Saint Vincent and the GrenadinesBendera Saint Vincent and the Grenadines
Flag Sao Tome and PrincipeBendera Sao Tome and Principe
Flag Saudi ArabiaBendera Saudi Arabia
Flag SenegalBendera Senegal
Flag SerbiaBendera Serbia
Flag SeychellesBendera Seychelles
Flag Sierra LeoneBendera Sierra Leone
Flag SingaporeBendera Singapore
Flag SlovakiaBendera Slovakia
Flag SloveniaBendera Slovenia
Flag SomaliaBendera Somalia
Flag South AfricaBendera South Africa
Flag South KoreaBendera South Korea
Flag SpainBendera Spain
Flag Sri LankaBendera Sri Lanka
Flag SudanBendera Sudan
Flag SurinameBendera Suriname
Flag SwazilandBendera Swaziland
Flag SwedenBendera Sweden
Flag SwitzerlandBendera Switzerland
Flag SyriaBendera Syria
Flag TanzaniaBendera Tanzania
Flag ThailandBendera Thailand
Flag TibetBendera Tibet
Flag TogoBendera Togo
Flag TongaBendera Tonga
Flag Trinidad and TobagoBendera Trinidad and Tobago
Flag TunisiaBendera Tunisia
Flag TurkeyBendera Turkey
Flag TurkmenistanBendera Turkmenistan
Flag TuvaluBendera Tuvalu
Flag UgandaBendera Uganda
Flag UkraineBendera Ukraine
Flag United Arab EmiratesBendera United Arab Emirates
Flag United KingdomBendera United Kingdom
Flag United StatesBendera United States
Flag UzbekistanBendera Uzbekistan
Flag VanuatuBendera Vanuatu
Bendera Vatican City / Vatican State
Flag VenezuelaBendera Venezuela
Flag VietnamBendera Vietnam
Flag YemenBendera Yemen
Flag ZimbabweBendera Zimbabwe